Taubat Harus dengan KeIkhlasan dan Menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Azza wa Jalla
Ikhlas kepada Allah merupakan obat paling mujarab. Apabila seorang hamba mengikhlaskan taubatnya karena Allah Azza wa Jalla, jujur ingin bertaubat kepada-Nya, maka Allah pasti akan menolongnya. Dia pasti akan memudahkan jalan baginya untuk bertaubat, akan memuluskan jalan taubatnya dengan kelembutan yang tidak pernah tergambar dalam pikiran, dan akan menghilangkan rintangan-rintangan yang menghalangi dan mencegahnya untuk bertaubat dari hadapannya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: "Apabila hati seorang hamba telah mengecap kenikmatan beribadah kepada Allah Azza wa Jalla dan kenikmatan ikhlas dalam menjalankannya, maka baginya tidak ada sesuatu pun yang lebih nikmat, lebih lezat, lebih menyenangkan, dan lebih indah dari pada ibadah yang ia lakukan itu.
Seorang hamba tidak akan pernah meninggalkan kekasih yang dicintainya kecuali karena ada kekasih lain yang lebih ia sukai atau meninggalkannya karena takut terhadap sesuatu yang tidak diinginkannya. Cinta yang ternodai akan dijauhi oleh hati, lantas berpindah menuju cinta yang tulus lagi suci, atau ia dijauhi karena khawatir terhadap kemudharatannya.
Dalam kisah Nabi Yusuf alaihi'sallam, Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya
"...Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemunkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih." (QS. Yusuf: 24)Allahlah yang menghindarkan seorang hamba dari perkara-perkara yang dapat mencelakakannya, seperti kecondongan terhadap asmara dan bergantung kepadanya. Dia pulalah yang menghindarkan setiap hamba dari kekejian karena keikhlasan hamba kepada-Nya.
Oleh sebab itu, sebelum seorang hamba mengecap kenikmatan beribadah dan ikhlas kepada Allah Azza wa Jalla, niscaya ia terlebih dahulu dikuasi oleh hawa nafsu. Ketika ia telah mengecap kenikmatan ikhlas dan kenikmatan itu telah tertancap kuat dalam hatinya, bahwa nafsu itu pun akan tertindas tanpa ampun." (Al-'Ubuudiyyah hlm. 99)
Syaikh rahimahullah berkata: "Apabila seorang hamba ikhlas dalam beribadah kepada Allah Azza wa Jalla, maka Allah pasti akan menjadikannya sebagai orang pilihan, menghidupkan hatinya, dan menjadikan hati itu condong hanya kepada-Nya. Setiap yang bertentangan dengan semua itu, seperti kejelekan dan keburukan, pasti akan pergi dan menjauh darinya. Bahkan, ia sendiri pun takut terhadap semua kejelekan dan keburukan itu.
Lain halnya dengan hati yang tidak ikhlas beribadah karena Allah Azza wa Jalla, yang dalam hati seseorang terdapat keinginan, kehendak, dan kecintaan mutlak. Hati yang tidak ikhlas akan menginginkan setiap apa yang terlintas di hadapannya, bergantung kepada keinginan itu bagaikan ranting pohon yang ditiup angin sehinga menggerakkannya ke sana dan ke mari.
Terkadang hati dibuat tertarik oleh sesuatu yang harap dan lainnya sehingga ia tak ubahnya bagaikan tawanan. Apabila orang lain menjadikannya sebagai sahaya, maka hal itu merupakan suatu aib dan cela, serta kehinaan baginya.
Terkaang hati dibuat tertarik oleh kemuliaan dan kepemimpinan. Ia akan merasa senang dan tersanjung oleh suatu perkataan dan akan marah dengan perkataan lainnya. Ia juga akan diperbudak oleh orang-orang yang memujinya walaupun di atas kebatilan. Begitu pun sebaliknya, ia akan memusuhi siapa saja yang mencelanya walaupun di atas kebenaran.
Terkadang juga ia diperbudak oleh dirham dan dinar serta yang lainnya, namun hati itu sendiri menykainya. Akhirnya, ia pun menjadikan hawa nafsunya sebagai sembahan baginya dan ia akan mengikuti petunjuk selain petunjuk Allah Azza wa Jalla.
Diantara orang yang belum ikhlas melakukan sesuatu karena Allah dan belum menghambakan diri sepenuhnya kepada-Nya boleh jadi hatinya tunduk kepada Allah semata. Cintanya kepada Allah melebihi cintanya kepada yang lainnya, tunduk dan patuh hanya kepada-Nya. Kalau tidak demikian, ia akan diperbudah oleh materi, hatinya dikuasai oleh para syaitan, serta hatinya akan dipenuhi dengan kekejian dan kekotoran yang tidak diketahui kecuali oleh Allah Azza wa Jalla, maka ini merupakan masalah serius yang tidak ada jalan keluar darinya." (ibid. hlm 140-142)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Seorang Mukmin yang ikhlas kepada Allah adalah orang yang hidupnya paling tentram, pikirannya paling tenang, dadanya paling lapang, dan hatinya paling bahagia. Itu semua merupakan Surga yang disegerakan sebelum Surga yang sesungguhnya." (Al-Jawaabul Kaafi hlm. 460)
Post a Comment for "Taubat Harus dengan KeIkhlasan dan Menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Azza wa Jalla"