Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen Cinta Islami - Fadhil Ingin Move On

FADHIL INGIN MOVE ON
Oleh: Andri Uye

        Tak pernah terpikirkan olehku jika Zahra akan pergi meninggalkanku dan berpaling kepada lelaki lain. Lelaki yang tak asing bagiku, ya... ia adalah sahabatku sendiri Riski. Aku ingin marah tapi tak bisa, karena mereka berdua adalah cinta dan sahabtaku. Aku berharap Riski bisa membahagiakan Zahra demi aku. Walaupun masih ada cinta untuk zahra tapi aku mencoba merelakannya. Walaupun, ketika bertemu mereka berdua hati terasa tersayat pisau tajam dan air mata ingin menetes seperti rintik hujan. 

         Aku menahan itu semua dan mencoba tersenyum di hadapan mereka. Namun aku tidak bisa berlama-lama ada diantaranya karena perasaan yang tidak bisa dibohongi. Lebih baik aku sendiri bersama sunyi yang menemani. 

         Zahra bukanlah cinta pertamaku dan juga bukan pacar pertamaku. Cinta pertamaku adalah teman SD ku dulu yang sekarng entah berada dimana. Sudah bertahun-tahun kami tidak berjumpa. Sedangkan pacar pertamaku adalah sejak aku kelas satu SMA. Sebenarnya aku tidak mencintai pacar pertamaku itu, namun karena status jomblo ku pada saat itu yang menjadi bahan ejekan teman-temanku akhirnya aku memiliki pacar pertama dan itu tidak bertahan lama. Hanya dua minggu aku berstatus pacaran hingga aku bertemu dengan Zahra.

         Aku bertemu dengan Zahra saat aku memasuki bangku kuliah. Aku pacaran dengan dia sudah satu tahun dan semuanya kini tinggal kenangan. Kenangan yang tak akan terlupakan. Kenangan yang selalu ada di dalam sebuah album foto.

         Setelah Zahra meninggalkanku, aku menjadi galau. Rasanya tidak ada semangat hidup. Hidupku terasa hacur. Tapi, aku juga tidak berharap kalau Zahra akan kembali lagi padaku. Sebab jika aku terlalu berharap aku takut aku semakin kecewa dan menambah luka di hati. Setiap pulang kuliah, yang aku lakukan hanya mengurung diri di kamar. Mendengarkan musik galau yang membuat air mata menetes dan membuat hati terombang-ambing oleh kerinduan.

         Setiap aku mendengarkan musik, selalu aku bernyanyi dan membayangkan zahra. Aku merasa seperti orang gila, tugas kuliah pun terbengkalai. Padahal tugas itu akan dikumpulkan sebentar lagi. Namun aku malah tidak memperdulikannya.

         Setelah lama aku mengurung diri dikamar dan menangis tiada henti. Aku memutuskan untuk pergi keluar. Aku juga tidak tahu ingin kemana yang jelas aku ingin jalan-jalan dan sejenak melupakan Zahra. Namun apa yang teradi, setiap aku berjalan aku jadi teringat Zahra karena aku melewati jalan yang sering kita lalui. Akupun sekuat tenaga mencoba memikirkan hal lain. Yah, seperti keluarga dirumah, teman-teman kuliah, dan ketika aku memikirkan itu. Terlintas di benakku untuk mencari buku karena ada tugas kuliah yang belum selesai. Aku pergi ke Mall dan mengunjungi toko buku.

         Banyak buku yang sangat menarik untuk dibaca tapi aku tidak menemukan buku yang ku cari. Namun ada satu buku yang membuatku tertarik. Buku itu tentang cinta. Aku berharap buku ini bisa menjadi arahan untuk mengobati galau. Dan juga bisa membuatku Move On dari Zahra. 

         Buku ini mengulas banyak hal tentang cinta dan berbagai tips untuk menghilangkan galau dan Move On. Buku ini seperti panduan untuk orang-orang sepertiku. Akupun pulang kerumah. Membaca buku ini didalam kamar tanpa ada yang mengganggu sungguh membuatku berpikir tenang. Di dalam buku ini ada tips menghilangkan galau. Akupun mulai mempraktikan tips yang ada dibuku itu.

         Cara yang pertama untuk menghilangkan galau dalam buku ini adalah dengan membaca Al-Quran. “Sholat aja masih bolong-bolong. Baca Al Quran! itu juga udah jarang banget.” kataku dalam hati. Aku pun mencoba tips yang pertama, walaupun bacaan al quran ku masih terbata-bata, tapi tak apalah aku mencoba membacanya meskipun lidah ini terasa kaku karena belum terbiasa. Setelah beberapa lama aku membaca al quran hatiku terasa lebih tenang. Dan aku bisa fokus untuk mengerjakan tugas kuliah ku tanpa teringat Zahra.


~*~*~

Smartphoneku terus berdering dan bergetar membangunkanku yang sedang tertidur lelap. Aku pun mengangkatnya “Halo” kataku dengan nada lemas. “Woi, lo ngga kuliah udah jam berapa nih” kata temanku Rio. Aku langsung melihat jam yang menunjukan pukul 07.45 wib. Melihat itu aku langsung lompat dari kasur dan menuju kamar mandi. “Sepertinya aku akan telat ke kampus” Ujarku sambil mandi. Setelah sudah siap aku pun berjalan keluar pintu. Namun aku teringat akan buku yang baru aku beli, aku teringat dengan cara nomer dua yaitu dengan Shalat, Berdzikir dan mengingat Allah SWT. Sambil menuju kampus aku merasa bersalah dan berdosa karena tidak melaksanakan sholat subuh. Aku bangun kesiangan karena semalam mengerjakan tugas kuliah hingga larut. Dalam hati aku berkata “Ya Allah, ampunilah segala dosaku. Bukakanlah pintu Taubat untukku dan tunjukkanlah aku jalan yang lurus”.

Setelah selesai kuliah aku pergi ke mushola untuk melaksanakan sholat Dzuhur berjama’ah tapi aku merasa malu. Takut nanti ada yang bilang sok alim atau di ejek oleh teman-temanku yang lain. Setelah aku sampai didekat mushola, aku melihat Indra yang sedang duduk didepan musholah. Sepertinya ia sedang melepas sepatu untuk mengambil air wudhu. Tidak lama kemudian, ia melihatku yang sedang berdiri didepan mushola dan ia memanggilku “Fadhil ayo sini sholat dzuhur”. “Iya” jawabku sembari memasuki mushola. Akupun sholat dzuhur berjamaah. 

Hatikupun menjadi lebih tenang karena telah aku tunaikan kewajibanku sebagai ummat Islam untuk menegakkan sholat. 
“Alhamdulillah lo udah mau sholat” kata Indra
“Ia nih bro, biar galau gue ilang” Jawabku
“Galau kenape? Putus cinta?” tanya Indra
“Kok lo tahu?” jawabku bingung
“hahaha... galaunya anak kampus kalau nggak putus cinta ya nggak punya duit atau buat yang semester akhir galaunya karena skripsi” ujar Indra
“Haha... iya juga ya bro.” Kataku

Lalu aku menceritakan masalahku dengan Zahra dan sahabatku Riski kepada Indra. Ia bisa dibilang pendengar yang baik, aku mersa lega setelah curhat ke Indra. Aku kembali mengingat-ingat cara yang ketiga untuk menghilangkan galau. Tapi, aku tidak mengingatnya. Akupun membuka kembali buku itu, dan cara yang ketiga adalah berkumpul dengan orang-orang sholeh. Jika dipikir-pikir benar juga. Walaupun aku belum berkumpul bersama denga orang-orang sholeh tapi ketika bersama Indra aku merasa ada ketenangan. Mungkin karena ia mengajak kepada kebaikan.

Aku kembali kerumah dan tidak lama kemudian Rio menemuiku untuk pulang bersama karena rumah kita satu arah. Didalam perjalanan “Tadi gue liat lo masuk musholah, sholat?” tanya Rio “Iya dong... emangnya situ, nggak pernah sholat” Jawabku “widiiihhh ada yang udah insaf ni ye. Haha” Ledek Rio. Aku hanya tersenyum-senyum saja ketika di ledek Rio. 


~*~*~

Malam berganti siang, minggu berganti bulan. Sudah lebih dari empat bulan aku tidak bertemu dengan Zahra dan Riski. Aku memang menjauh dari mereka berdua, tapi Zahra dan Riski juga sepertinya menghindar dariku. Yah, tidak apalah aku juga sudah melupakannya. 

Saat aku sedang mencari buku, aku bertemu dengan Zahra. Ia tidak melihatku dan aku mencoba menghindarinya tapi ketika aku berpaling dan ingin pergi menjauh, ia memanggilku. Akupun menoleh dan berkata “Hai” disertai dengan senyum tipis.
“Apa kabar?” tanya Zahra. “Baik, Lo sendiri gimana?” jawabku dan menanya balik. Kitapun berbincang-bincang. Banyak hal yang dibicarakan. 

        Ternyata ia telah putus dengan Riski dua minggu lalu karena ia melihat Riski berpelukan dengan wanita lain. Aku hanya bisa diam ketika dia menceritakan kisah percintaannya dengan Riski dan memberikan sedikit komentar atau jawaban iya.
“Kamu agak berubah ya. Jadi lebih pendiam” Kata Zahra.
“Ia, setelah kita putus aku merasa hidupku hancur, tidak ada semangat hidup. Setiap hari aku hanya mengurung diri dikamar menengarkan lagu galau sambil menangis. Akupun mencari berbagai cara untuk melupakanmu dan aku telah menemukan caranya. Dengan kembali mencintai Allah SWT yang maha pemiliki cinta. Mencintai-Nya dengan sebenar-benar cinta.” 
Mendengar jawabanku Zahra terdiam. Akupun terdiam dan suasana menjadi sunyi. Tidak lama kemudian.
“Fadhil aku menyesal kenapa kita dulu putus, karena termakan rayuannya Riski aku jadi mencari-cari kesalahanmu agar kita putus, dan kita putus hanya dengan masalah sepele. Fadhil, mau nggak kita balik lagi kaya dulu?. Aku janji akan setia! Mau yah, balik seperti dulu lagi.” Ujar Zahra sambil memegang tanganku.
“Maaf Zahra, aku bukanlah aku yang dulu. Kita tidak bisa bersama seperti dulu lagi. Aku tidak mencintaimu lagi. Kalau pun aku mencintaimu, aku akan menemui orang tuamu dan melamarmu. tapi jika aku belum mampu untuk melamarmu atau seseorang yang aku cintai, maka aku akan berdiam diri dalam sabar.” Jawabku sambil melepaskan tangan Zahra

Mendengar jawabanku itu, aku melihat Zahra mengeluarkan air mata dari matanya yang indah. Aku pun pamit dan pergi meninggalkannya. Sungguh Allah SWT telah menunjukanku cinta yang mulia, cinta yang memberikan kebahagiaan, cinta yang sejati yang penuh dengan kenikmatan dan itu hanya bisa didapatkan jika kita mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaan kita terhadap indahnya dunia. ~


~ SELESAI ~

Post a Comment for "Cerpen Cinta Islami - Fadhil Ingin Move On"