Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Salah Satu Cara Bahagia dengan Iman kepada Qada dan Qadhar

Kesaksian Yang Benar Dari Kalangan Non Muslim Terhadap Qadha Dan Qadar


Aku Tinggal di Surga Allah

Makalah ini ditulis oleh R.N.S. Budly dan dimuat oleh Dale Carnegie dalam tulisannya yang berjudul "Tinggalkan rasa cemas dan mulailah kehidupan (hlm. 291-295). Pada halaman tersebut dia berkata:

  "Pada tahun 1918M, aku menginggalkan bumi yang telah kukenal selama hidupku menuju Afrika Tenggara. Di sana, aku hidup di tengah-tengah orang Badui di padang pasir. Aku tinggal bersama mereka selama tujuh tahun. dalam waktu tujuh tahun itu, aku dapat menguasai bahasa Badui. Aku juga berpakaian dengan pakaian mereka, makan makanan mereka, dan meniru cara hidup mereka. Aku hidup seperti mereka, menggembala kambing dan tidur di bawah tenda-tenda. Aku juga mendalami dan mempelajari agama mereka, yaitu agama islam, sampai aku bisa menulis sebuah buku tentang Muhammad SAW yang kemudian aku beri judul ar-Rasuul. Masa tujuh tahun yang telah kulalui bersama suku Badui, yang hidupnya selalu berpindah-pindah, merupakan pengalaman hidupku yang paling berkesan selama hidupku dan yang paling penuh dengan keselamatan, ketenangan, dan keridhaan dengan kehidupan.
  Melalui mereka, aku dapat belajar bagaimana cara mengalahkan kecemasan. Dengan keimanan yang mereka miliki sebagai seorang Muslim, percaya dan yakin kepada kehendak dan ketentuan-ketentuan Allah, membuat mereka mampu untuk tetap hidup dalam keamanan dan menjadikan kehidupan ini mudah dan ringan dijalani. Mereka tidak tergesa-gesa ingin mendapatkan sesuatu, mereka juga tidak menjatuhkan diri mereka ke dalam cengkraman penderitaan (bunuh diri) karena cemas terhadap satu masalah. Mereka yakin dan percaya bahwa setiap apa yang telah ditakdirkan pasti terjadi. Seseorang tidak akan pernah tersentuh oelh sesuatu apapun, kecuali oleh apa-apa yang telah ditetapkan Allah . Namun, ini bukan berarti mereka tidak mau berusaha dan menyerah saja di hadapan masalah-masalah yang mereka hadapi."

  Kemudian, ia menambahkan: "Izinkanlah aku menyebutkan satu contoh apa yang kumaksudkan. Pada suatu hari, badai bertiup kencang menerbangkan pasir gurun dan membawanya melalui laut putih, lalu melemparkannya di Lembah Run Perancis. Badai tersebut sangat panas, sampai rambutku terasa seperti dicabut-cabut dari kulit kepalaku, karena panasnya yang begitu tinggi, demikian juga cuaca yang sangat panas, yang hampir saja membuatku gila.
  Meskipun demikian, para Badui yang bersamaku itu sedikit pun tidak mengeluh. Mereka memegangi pundak masing-masing sambil mengucapkan kalimat yang sangat berkesan dalam hatiku. Kalimat tersebut berbunyi: 'Ini adalah takdir yang sudah ditentukan Allah'.
  Ketika badai tadi sudah reda, mereka pun mulai bekerja membenai diri dengan giat. Mereka mulai menyembelih beberapa ekor anak domba jantan sebelum anak-anak domba itu mati kepanasan. Setelah itu, mereka menggiring hewan-hewan ternak mereka ke arah selatan menuju sumber air. Mereka melakukan semua itu dengan tenang dan tidak banyak bicara, tanpa disertai keluhan salah seorang pun di antara mereka.
          Tak berapa lama, kepala kabilah berkata: "Kita tidak kehilangan sesuatu yang berharga. Seharusnya kita kehilangan semuanya, namuan Alhamdulillah (segala puji dan rasa syukur hanyalah bagi Allah), hewan ternak kita masih tersisa sekitar empat puluh persen, maka dengan kemampuan yang kita miliki, kita akan memulai pekerjaan kita dari awal."

  Setelah itu Budly berkata: "Pada kejadian lain yakni pada suatu hari kami menyeberangi padang pasir dengan mobil sepanjang hari. Di tengah perjalanan, salah satu roda yang kami tumpangi meledak, sementara sopir kami lupa membawa roda pengganti. Aku pun tak kuasa menahan marah, aku cemas dan sangat susah. Aku lalu bertanya kepada sahabat Baduiku: "Apa yang akan kita lakukan?" Kemudian, ia mengingatkan aku bahwa mengumbar kemarahan tidaklah memberkan jalan keluar, bahkan kemarahan itu pasti akan membawa kita kepada kesengsaraan dan kebodohan.
  Sesudah itu, kendaraan pun berjalan hanya dengan tiga roda tanpa yang lainnya. Mobil yang kami tumpangi tersebut terus berjalan sampai ia berhenti lagi karena kehabisan bahan bakar. Pada kejadian ini juga, tidak seorang pun teman-teman Baduiku mengeluh. Mereka tetap tenang, bahkan mereka turun dan menyusuri jalan dengan berjalan kaki.

  Setelah Budly memaparkan pengalamannya bersama orang-orang pedalaman tersebut, ia berkomentar: "Pengalamanku selama tujuh tahun bersama penggembala itu di padang pasir membuatku puas dan mengerti bahwa orang-orang yang terbakar hatinya karena duka dan yang mengidap penyakit jiwa, serta para pemabuk yang tersebar di Amerika dan Eropa, tidak lain hanyalah korban kekejaman kota metropolitan, yang menjadikan ketergesa-gesaan sebagai landasannya. Selama aku tinggal di padang pasir, aku tidak pernah mengalami kecemasan walau hanya sekali saja, bahkan di Surga Allah itu aku mendapatkan ketenangan, kecukupan, dan keridhaan."

  Sebagai kata penutup, ia mengakhiri kalimatnya dengan berkata: "Akhirnya, setelah tujuh belas tahun aku meninggalkan padang pasir, aku terus menjadikan sikap para Badui itu sebagai pegangan dalam menghadapi ketentuan Allah. Semua kejadian yang tidak mampu diatasi aku hadapi dengan tenang, dengan sikap baik dan selalu berhati-hati. Pengalamanku bersama mereka lebih berhasil mengatasi ketegangan syarafku dari pada beribu-ribu obat penenang dan pil-pil lainnya yang biasa digunakan untuk mengatasi ketegangan syaraf."

Post a Comment for "Salah Satu Cara Bahagia dengan Iman kepada Qada dan Qadhar"