Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kumpulan Syair-Syair Layla Majnun Part I

Kumpulan Syair-Syair Layla Majnun

Duhai betapa dunia akan bermuram durja 
Bila engkau tidak pernah berkunjung ke rumah seorang kekasih
Dan tidak memiliki seorang kekasihuntuk menghiburmu

Ketika Qays menatap wajah Layla, ribuan kata ingin keluar dari bibirnya, namun apalah daya bibir tak mampu bergerak untuk melukiskan keagungan cinta.
Nyala api asmara dalam hati semakin lama semakin berkobar. Kebiasaannya kini hanya melamun dan merangkai syair.

"Berlalu masa, saat orang-orang meminta pertolongan padaku
Dan sekarang, adakah seorang penolong yang akan mengabarkan rahasia jiwaku pada Layla?
Wahai Layla, Cinta telah membuatku lemah tak berdaya
Seperti anak hilang, jauh dari keluarga dan tidak memiliki harta
Cinta laksana air yang menetes menimpa bebatuan
Waktu terus berlalu dan bebatuan itu akan hancur, berserak bagai pecahan kaca
Begitulah cinta yang engkau bawa padaku
Dan kini hatiku telah hancur binasa
Hingga orang-orang memanggilku si dungu yang suka merintih dan menangis
Mereka mengatakan aku telah tersesat
Duhai, mana mungkin cinta akan menyesatkan
Jiwa mereka sebenarnya kering, laksana dedaunan diterpa panas mentari
Bagiku cinta adalah keindahan yang membuatku tak bisa memejamkan mata
Remaja manakah yang dapat selamat dari api cinta?"

Layla mawar jelita di taman nirwana itu sudah tertarik pada Qays sejak pertamakali berjumpa. Gadis itu melihat pesona yang memabukkan pada diri Qays.Baginya Qays seperti gelas minuman, semakin di pandang semakin haus. Sama seperti Qays kekaguman Layla pada pemuda impiannya itu hanya mampu diungkapkan melalui syair.

"Dan semua yang tampak dari manusia adalah kebencian
Namun cinta telah memberi kekuatan pada manusia
Orang-orang yang mencemooh hubungan kita
Sesungguhnya mereka tidak tahu, bahwa asmara tersimpan di dalam hati"

Setelah Qays menyadari bahwa Layla dipingit orang tuanya, muncul rasa penyesalan karena tidak mampu menyimpan rapat rahasia mereka. Begitu juga Layla, di rumah pikirannya selalu membayangkan Qays. Mereka sama-sama mengalami kesengsaraan karena berpisah, mereka menangisi nasib yang menimpa dan menyesakkan dada. Ibarat bayi yang belum puas menyusui di susu ibunya kemudian di paksa untuk berpisah, demikianlah jiwa Qays. Ia laksana bunga kembang tak jadi. Jiwanya menjerit, memanggil nama Layla kekasih yang direnggut dari tangannya. Mimpi-mimpi indah di malam hari kini berubah menjadi badai yang memporakporandakan kalbunya. Jiwanya terguncang, dan akal sehatnya terbang melayang ke udara, mengembara mencari Layla.

"Layla telah dikurung, dan orang tuanya mengancamku
Dengan niat jahat lagi kejam, aku tidak bisa bertemu lagi
Ayahku dan ayahnya sesak dada dan sakit hati padaku,
Bukan karena apapun juga, hanya karena aku mencintai Layla
Mereka menganggap cinta adalah dosa
Cinta bagi mereka adalah noda yang harus dibasuh hingga bersih
Padahal kalbuku telah menjadi tawanannya 
Dan ia juga merindukanku
Cinta masuk ke dalam sanubari tanpa kami undang
Ia bagai ilham dari langit yang menerobos dan bersemayam dalam jiwa kami
Dan kini kami akan mati karena cinta asmara yang telah melilit seluruh jiwa
Katakanlah padaku, pemuda mana yang bisa bebas dari penyakit cinta?"

"Wahai Layla kekasihku 
Berjanjilah pada keagungan cinta agar sayap jiwamu dapat terbang bebas
Melayanglah bersama cinta laksana anak panah menuju sasaran
Cinta tidak pernah membelenggu
Karena cinta adalah pembebas dari segala belenggu
Walau dalam cinta, setiap cawan adalah kesedihan
Namun jiwa pecinta akan memberi kehidupan baru
Banyak racun yang harus kita teguk untuk menambah kenikmatan cinta
Atas nama cinta, racun yang pahit pun terasa manis
Bertahanlah kekasihku, dunia diciptakan untuk kaum pecinta
Dunia ada karena ada cinta."

Qays telah kehilangan semangat dan putus asa. Akal sehatnya sudah hilang, sirna pula kesadaran dirinya. Jika sudah demikian syair-syair yang indah keluar dari bibirnya yang kering.

"Wahai angin sampaikan salamku pada Layla!
Tanyakan padanya apakah dia maish mau berjumpa denganku?
Apakah ia masih memikirkan diriku?
Bukankah telah kukorbankan kebahagiaanku demi dirinya?
Hingga diri ini terlunta-lunta, sengsara di padang pasir gersang

Wahai kesegaran pagi yang murni dan indah!
Maukah engkau menyampaikan salam rindu pada kekasihku
Belailah rambutnya yang hitam berkilau 
Untuk mengungkapkan dahaga cinta yang memenuhi hatiku


Wahai angin, maukah engkau membawakan keharuman rambutnya padaku 
Sebagai pelepas rindu
Sampaikan pada gadis yang memikat hati itu
Betapa pedih rasa hatiku jika tidak bertemu dengannya
Hingga tak kuat lagi aku menanggung beban kehidupan


Aku merangkak melintasi padang pasir
Tubuhku berbalut debu dan darah menetes
Air mataku pun telah kering
Karena selslu meratap dan merindukannya


Duhai semilir angin pagi, bisikkan dengan lembut salamku 
Sampaikan padanya pesanku ini :


Duhai Layla, bibirmu yang selaksa merah delima
Mengandung madu dan memancarkan keharuman surga
Membahagiakan hati yang memandang
Biarkan semua itu menjadi milikku!


Hatiku telah dikuasai oelh pesona jiwamu
Kecantikanmu menusuk hatiku laksana anak panah
Hingga sayap yang sudah patah ini tidak mungkin dapat terbang


Berbagai bunga warna-warni menjadi layu dan mati
Karena cemburu pada kecantikan parasmu yang bersinar
Engkau laksana dewi dalam gelimang cahaya
Surgapun akan tertarik untuk mencari segala keindahan yang engkau miliki
Karena engkau terlalu indah dan terlalu berharga untuk tiggal di bumi!


Duhai Layla, dirimu selalu dalam pandangan 
Siang selalu kupikirkan dan malam selalu menghiasi mimpi
Hanya untukmu seorang jiwaku rela menahan kesedihan dan kehancuran


Jeritanku menembus cakrawala Memanggil namamu sebagai pengobat jiwa, penawar kalbu
Tahukah engkau, tahi lalat di dagumu itu seperti sihir yang tidak bisa aku hindari
Ia menjadi sumber kebahagiaan yang telah memikatku untuk selalu mengenangmu
Membuat insan yang lemah ini tidak lagi mempunyai jiwa
Karena jiwaku telah tergadaikan oleh pesonamu yang memabukkan
Jiwaku telah terbeli oleh gairah dan kebahagiaan cinta yang engkau berikan


Dan demi rasa cintaku yang mendalam
Aku rela berada di puncak gunung salju yang dingin seorang diri
Berteman lapar, menahan dahaga
Wahai kekasihku, hidupku yang tidak berharga ini suatu saat akan lenyap
Tetapi biarkan pesonamu tetap abadi selamanya di hatiku"

Post a Comment for "Kumpulan Syair-Syair Layla Majnun Part I"