Seseorang memanggil-manggil namamu saat kami berada di lereng bukit Mina Mendengar namamu terguncanglah hatiku karena sedih Duhai lelaki itu tidak mengetahui betapa suci namamu Mengapakah ia memanggil nama Layla dengan seenaknya Apakah ia tidak tahu dengan menyebut namamu Berarti ia menerbangkan seekor burung yang telah bersarang dihatiku Ia memanggil nama Layla Semoga Allah membukakan kedua matanya Untuk melihat betapa pesonamu tak mampu dia bayangkan
Aku menuruni lembah Wadiyani yang indah Sebagai seorang tamu dari penghuninya Aku akan tetap berada di lembah Wadiyani Menghirup udaranya yang segar dan airnya yang jernih Aku tidak akan kembali Kecuali jika di atas ada yang menanti Disini aku tidak seorang diri Binatang-binatang liar dan buas menjadi sahabatku Aku tidak akan ragu Mengapa aku harus ragu Bila kasih Layla hanya tertuju padaku Sahabat karib dan kekasihnya Mengapa aku harus ragu Jika jiwaku senantiasa mengharapkan Layla Sungguh, angin telah datang Membawa pesan Layla Ia berjanji, meski tidak pernah bersua di dunia Akan tetap menungguku di pintu surga Sungguh dunia yang indah akan bermuram durja Bila engkau tidak pernah berkunjung ke rumah seorang kekasih Dan tiada seorang pun Yang dapat menghibur hatimu
Banyak orang berkata Bersenanglah engkau dengan gadis lain Itu adlah kata pelipur-lara Namun menjadi duri dalam hatiku Kukatakan kepada mereka Dengan air mata berderai Dan hatiku hancur luluh Sayap cinta telah memeluk Dan membawa jiwaku terbang Aku mencintai Layla Dan tidak tertarik pada gadis lain Pandanganku telah tertunduk, dan mata terpejam Kepada selain Layla Wahai Layla ulurkanlah tanganmu Untuk menyambut kasihku Kalbu penus asmara Kuberikan padamu Mungkin engkau diberi dua cawan minuman Satu cawan kebencian Agar engkau melupakan diriku Sedang cawan yang satu berisi anggur ksenangan Agar engkau rla menerima pinangan orang lain sebagai gantiku Duh kekasihku Kuingatkan dirimu Jangan rusakkan hubungan Yang orang lain selalu ingin menyempurnakan Kelak engkau akan melihat Beda antara cinta dan nafsu Wahai Layla, nafsu akan melemahkan hati Ia akan terus menggoda dan merayu Namun kelak akan menyesal Sedih tak berkesudahan Jiwa yang dipenuhi kebencian Tak akan pernah menjadi mulia Ia tak akan puas Bila yang diharapkan tak didapat Sedang diriku Layla, Demi Allah Tali kasih yang telah bersemi Akan kusiram dan kupupuk Agar cinta yang engkau berikan tetap terjaga selamanya Dan aku haramkan atas diriku Segala yang tidak engkau sukai Jangan kau biarkan jiwaku hancur karena murkamu Karena tak sanggup kuterima amarahmu Sedang gunungpun akan hancur jika engkau marah Buanglah keraguan dalam dirimu Karena cinta tidak bisa bersanding dengan keraguan Aku akan selalu menjaga tali cinta kita Walau engkau tak di sisiku Namun aku yakin Cintamu selalu hadir di hatiku
Bila bulan purnama tenggelam Atau matahari terlambat terbit Atau matahari terlambat terbit Maka cahaya wajah Layla akan menggantikan sinarnya Senyumnya bukan hanya berhenti di mulut Namun menjadi cahaya dari mentari dan sinar purnama seluruhnya Rembulan dan matahari akan tersipu malu Karena cahayanya tak sebanding dengan sinar mata Layla Bila ia berkedip, maka bintang kejora akan menyembunyikan diri Tidak akan lagi tercipta gadis seperti dia Dan aku diciptakan hanya untuk dia Kata-kata pujian yang kuucapkan Bagai sebutir pasir di gurun sahara Tak sebanding dengan kecantikannya Karena segala kata pujian yang dimiliki jin dan manusia Tak sebanding dengan pesonanya Dia diberi nikmat, dengan segala kebaikan Bila ia hendak berjalan ke sebuah bukit Maka seakan bukit itulah yang akan mendekat padanya Karena sang bukit tidak ingin melihat gadis itu dihinggapi kelelahan
"Adakah malam bisa menyatukan diriku dengan Layla? Atau biarkan angin malam menyebut namanya Sebagai ganti pesona tubuhnya Karena sama saja bagiku Melihat Layla atau menatap purnama"
"Bila kakiku terperosok, aku menyebut namanya Aku bermimpi dalam tidurku hidup bersama dia Apabila disebut nama Qays Hilanglah kekuatan jiwaku Hatiku seperti sirna ditelan namanya Demi Allah, hampir saja aku bila kerna memikirkannya Dadaku sesak karena rindu Kaumku mengancam Jika Qays tidak berhenti menyebut namaku Maka darahnya akan tumpah membasahi bumi Bunuhlah aku dan biarkan Qays Setelah nyawaku melayang, janganlah kalian hina ia Cukup apa yang ia derita karena cinta Mungkin ia akan menuduhkan tidak setia dengan janji Dan aku tidak mempu mencegahnya Kucampur tinta dengan air mataku Untuk menulis surat padanya Inilah saat perpisahan bagi orang Yang akan kukurbankan jiwaku untuknya Aku khawatir jika ajalku tiba Tak dapat memandang wajahnya"
Share
Post a Comment
for "Kumpulan Syair-Syair Layla Majnun Part III"
Post a Comment for "Kumpulan Syair-Syair Layla Majnun Part III"