Kata Mutiara Bersyukur Kepada Allah Azza wa Jalla
Pernahkah kita merasa bahwa hidup ini tidak adil. Dimana kita melihat semua orang hidup dengan senang sementara hanya kita yang menderita. Terkadang sayapun merasa demikian. Tapi semakin saya merasa seperti itu, semakin pula saya tidak mensyukuri apa yang telah Allah berikan.
Orang yang tidak bersyukur identik dengan berkeluh kesah. Setiap apa yang ia teriama, ia akan berkeluh kesah dan tidak mensyukuri apa yang ia dapatkan. Mungkin di sekitar kita ada saja orang yang seperti itu.
Bersyukur dapat membuat diri kita bahagia
Banyak orang yang berpendapat bahwa, kebahagian itu ada ketika ia telah mendapatkan apa yang ia inginkan. Namun, menurutku tidak begitu, justru saat kita bersyukur kebahagiaan itu akan datang menghampiri kita. Bukan saat kita memiliki ini dan itu baru kita bersyukur tapi, bersyukurlah dengan apa yang kita miliki. Maka insyaAllah kita akan bahagia.
Ada sebagian orang yang tidak mensyukuri apa ia miliki dan membuat hatinya menjadi iri. Ia selalu saja melihat apa yang dimiliki oleh orang lain sementara ia tidak memilikinya. Saat ia telah memilikinya apa yang dimiliki oleh orang itu, ia tidak akan pernah puas dengan apa yang ia miliki dan ia akan menginginkan yang lebih dan lebih bagus lagi. Tidak pernah ada kepuasan didalam dirinya. Semua itu terjadi karena orang yang seperti itu tidak pernah bersyukur.
Ingatlah, rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau dari rumput dirumah kita.
Pribahasa di atas mengisyaratkan kita bahwa orang lain akan selalu terlihat bahagia. Padahal belum tentu orang itu selalu bahagia. Bahagia dan sedih itu seperti gambar disisi koin atau seperti siang dan malam. Bahagia dan sedih datang silih berganti. Terkadang kita senang dan terkadang kita sedih.
Jadi, kenapa kita belum juga bersyukur. Sementara apa yang kita miliki belum tentu orang lain miliki.
Bersyukurlah Kepada Allah Azza Wa Jalla
Terkadang saya merasa tidak enak kepada Allah, saat melalaikan apa yang Ia perintahkan. Seperti menunda nunda waktu shalat. Padahal Allah telah memberikan kita mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, mulut untuk berbicara, tangan untuk menggenggam dan masih banyak lagi yang tak terhitung jumlahnya.
Itu baru dari bagian tubuh kita. Bagaimana dengan yang diluar tubuh kita. Seperti, udara yang Allah Subhanahu wa ta’alla ciptakan untuk kita bernafas, air untuk kita minum, bumi untuk kita berpijak, tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan untuk kita manfaatkan, siang dan malam dan lain sebagainya yang tidak dapat kita menghitungnya karena banyaknya.
Masihkah kita tidak bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan?
Masihkah kita angkuh saat lantunan ayat al-Quran diperdengarkan?
Masihkan kita mengabaikan ketika terdengar suara adzan yang menyru kita untuk shalat?
4 Cara Bersyukur Kepada Allah Subhanahu wa ta’alla
Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa cara bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’alla terdiri dari empat komponen, yaitu:
1.Syukur dengan hati
Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang kita peroleh, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit semata-mata karena anugerah dan kemurahan Allah Subhanahu wa ta’alla.
Syukur dengan hati dapat mengantar seseorang untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan, betapapun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini akan melahirkan betapa besarnya kemurahan dan kasih sayang Allah sehingga terucap kalimat tsana’ (pujian) kepada-Nya.
2. Syukur dengan Lisan
Ketika hati seseorang sangat yakin bahwa segala nikmat yang ia peroleh bersumber dari Allah, maka spontan ia akan mengucapkan “Alhamdulillah” (segala puji bagi Allah). Karenanya, apabila ia memperoleh nikmat dari seseorang, lisannya tetap memuji Allah, sebab ia yakin dan sadar bahwa orang tersebut hanyalah perantara yang Allah kehendaki untuk “menyampaikan” nikamt itu kepadanya.
“Al” pada kalimat “Alhamdulillah” berfungsi sebagai “istigharaq” yang mengandung arti keseluruhan. Sehingga kata alhamdulillah mengandung arti bahwa yang paling berhak menerima pujian adalah Allah Subhanahu wa ta’alla bahakn seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada Allah.
Pada saat kita memuji seseorang karena kebaikannya, hakikat pujian tersebut harus ditujukan kepada Allah Subhanahu wa ta’alla. Sebab Allah adalah Pemilik Segala Kebaikan.
3. Syukur dengan Perbuatan
Syukur dengan perbuatan mengandung arti bahwa segala nikmat dan kebaikan yang kita terima harus depergunakan di jalan yang diridhoi-Nya. Misalnya untuk beribadah kepada Allah, membantu orang lain dari kesulitan dan perbuatan baik lainnya. Nikmat Allah harus kita pergunakan secara proporsional dan tidak berlebihan untuk berbuat kebaikan.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan bahwa Allah sangat senang melihat nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Maksud dari hadits diatas adalah bahwa Allah menykai hamba yang menampakkan dan mengakui segala nikmat yang dianugerahkan kepadanya. Misalnya: Orang yang kaya hendaknya membagi hartanya untuk zakat, sedekah dan sejenisnya. Orang yang berilmu membagi ilmunya dengan mengajarkannya kepada sesama manusia, memberi nasihat, dsb.
Maksud membagi diatas bukanlah untuk pamer, namun sebagai wujud syukur yang didasari karena-Nya.
4. Menjaga Nikamt dari Kerusakan
Ketika nikmat dan karunia didapatkan, cobalah untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Setelah itu, usahakan untuk menjaga nikmat itu dari kerusakan. Misalnya: Ketika kita dianugerahi nikmat kesehatan, kewahiban kita adalah menjaga tubuh untuk tetap sehat dan bugar agar terhindar dari sakit. Demikian pula halnya dengan nikmat iman dan Islam, kita wajib menjaganya dari”kepunahan” yang disebabkan pengingkaran, pemurtadan dan lemahnya iman.
Untuk itu, kita harus senantiasa memupuk iman dan Islam kita dengan shalat, membaca Al-Qura’an, menghadiri majelis-majelis taklim, berdzikir dan berdo’a. Kita pun harus membentengi diri dari perbuatan yang merusak iman seperti munafik, ingkar dan kemungkaran.
Intinya setiap nikmat yang Allah berikan harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Allah Subhanahu wa ta’alla menjanjikan akan menambah nikmat jika kita pandai bersyukur, seperti pada firmannya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) sungguh adzab-Ku sangat pedih,” (QS. Ibrahim ayat 7).
Referensi:
https://www.islampos.com/4-cara-bersyukur-pada-allah-swt-121583/
Orang yang tidak bersyukur identik dengan berkeluh kesah. Setiap apa yang ia teriama, ia akan berkeluh kesah dan tidak mensyukuri apa yang ia dapatkan. Mungkin di sekitar kita ada saja orang yang seperti itu.
Bersyukur dapat membuat diri kita bahagia
Banyak orang yang berpendapat bahwa, kebahagian itu ada ketika ia telah mendapatkan apa yang ia inginkan. Namun, menurutku tidak begitu, justru saat kita bersyukur kebahagiaan itu akan datang menghampiri kita. Bukan saat kita memiliki ini dan itu baru kita bersyukur tapi, bersyukurlah dengan apa yang kita miliki. Maka insyaAllah kita akan bahagia.
Ada sebagian orang yang tidak mensyukuri apa ia miliki dan membuat hatinya menjadi iri. Ia selalu saja melihat apa yang dimiliki oleh orang lain sementara ia tidak memilikinya. Saat ia telah memilikinya apa yang dimiliki oleh orang itu, ia tidak akan pernah puas dengan apa yang ia miliki dan ia akan menginginkan yang lebih dan lebih bagus lagi. Tidak pernah ada kepuasan didalam dirinya. Semua itu terjadi karena orang yang seperti itu tidak pernah bersyukur.
Ingatlah, rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau dari rumput dirumah kita.
Pribahasa di atas mengisyaratkan kita bahwa orang lain akan selalu terlihat bahagia. Padahal belum tentu orang itu selalu bahagia. Bahagia dan sedih itu seperti gambar disisi koin atau seperti siang dan malam. Bahagia dan sedih datang silih berganti. Terkadang kita senang dan terkadang kita sedih.
Jadi, kenapa kita belum juga bersyukur. Sementara apa yang kita miliki belum tentu orang lain miliki.
Bersyukurlah Kepada Allah Azza Wa Jalla
Terkadang saya merasa tidak enak kepada Allah, saat melalaikan apa yang Ia perintahkan. Seperti menunda nunda waktu shalat. Padahal Allah telah memberikan kita mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, mulut untuk berbicara, tangan untuk menggenggam dan masih banyak lagi yang tak terhitung jumlahnya.
Itu baru dari bagian tubuh kita. Bagaimana dengan yang diluar tubuh kita. Seperti, udara yang Allah Subhanahu wa ta’alla ciptakan untuk kita bernafas, air untuk kita minum, bumi untuk kita berpijak, tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan untuk kita manfaatkan, siang dan malam dan lain sebagainya yang tidak dapat kita menghitungnya karena banyaknya.
Masihkah kita tidak bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan?
Masihkah kita angkuh saat lantunan ayat al-Quran diperdengarkan?
Masihkan kita mengabaikan ketika terdengar suara adzan yang menyru kita untuk shalat?
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Luqman ayat: 12)
4 Cara Bersyukur Kepada Allah Subhanahu wa ta’alla
Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa cara bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’alla terdiri dari empat komponen, yaitu:
1.Syukur dengan hati
Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang kita peroleh, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit semata-mata karena anugerah dan kemurahan Allah Subhanahu wa ta’alla.
Allah Subhanahu wa ta’alla berfirman
“Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari Allah,” (QS. An-Nahl ayat 53)
Syukur dengan hati dapat mengantar seseorang untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan, betapapun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini akan melahirkan betapa besarnya kemurahan dan kasih sayang Allah sehingga terucap kalimat tsana’ (pujian) kepada-Nya.
2. Syukur dengan Lisan
Ketika hati seseorang sangat yakin bahwa segala nikmat yang ia peroleh bersumber dari Allah, maka spontan ia akan mengucapkan “Alhamdulillah” (segala puji bagi Allah). Karenanya, apabila ia memperoleh nikmat dari seseorang, lisannya tetap memuji Allah, sebab ia yakin dan sadar bahwa orang tersebut hanyalah perantara yang Allah kehendaki untuk “menyampaikan” nikamt itu kepadanya.
“Al” pada kalimat “Alhamdulillah” berfungsi sebagai “istigharaq” yang mengandung arti keseluruhan. Sehingga kata alhamdulillah mengandung arti bahwa yang paling berhak menerima pujian adalah Allah Subhanahu wa ta’alla bahakn seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada Allah.
Pada saat kita memuji seseorang karena kebaikannya, hakikat pujian tersebut harus ditujukan kepada Allah Subhanahu wa ta’alla. Sebab Allah adalah Pemilik Segala Kebaikan.
3. Syukur dengan Perbuatan
Syukur dengan perbuatan mengandung arti bahwa segala nikmat dan kebaikan yang kita terima harus depergunakan di jalan yang diridhoi-Nya. Misalnya untuk beribadah kepada Allah, membantu orang lain dari kesulitan dan perbuatan baik lainnya. Nikmat Allah harus kita pergunakan secara proporsional dan tidak berlebihan untuk berbuat kebaikan.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan bahwa Allah sangat senang melihat nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmat-Nya pada hamba-Nya,” (HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Amr)
Maksud dari hadits diatas adalah bahwa Allah menykai hamba yang menampakkan dan mengakui segala nikmat yang dianugerahkan kepadanya. Misalnya: Orang yang kaya hendaknya membagi hartanya untuk zakat, sedekah dan sejenisnya. Orang yang berilmu membagi ilmunya dengan mengajarkannya kepada sesama manusia, memberi nasihat, dsb.
Maksud membagi diatas bukanlah untuk pamer, namun sebagai wujud syukur yang didasari karena-Nya.
Allah Subhanahu wa ta’alla berfirman: “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engakau nyatakan (dengan bersyukur),” (QS. Adh-Dhuha ayat 11)
4. Menjaga Nikamt dari Kerusakan
Ketika nikmat dan karunia didapatkan, cobalah untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Setelah itu, usahakan untuk menjaga nikmat itu dari kerusakan. Misalnya: Ketika kita dianugerahi nikmat kesehatan, kewahiban kita adalah menjaga tubuh untuk tetap sehat dan bugar agar terhindar dari sakit. Demikian pula halnya dengan nikmat iman dan Islam, kita wajib menjaganya dari”kepunahan” yang disebabkan pengingkaran, pemurtadan dan lemahnya iman.
Untuk itu, kita harus senantiasa memupuk iman dan Islam kita dengan shalat, membaca Al-Qura’an, menghadiri majelis-majelis taklim, berdzikir dan berdo’a. Kita pun harus membentengi diri dari perbuatan yang merusak iman seperti munafik, ingkar dan kemungkaran.
Intinya setiap nikmat yang Allah berikan harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Allah Subhanahu wa ta’alla menjanjikan akan menambah nikmat jika kita pandai bersyukur, seperti pada firmannya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) sungguh adzab-Ku sangat pedih,” (QS. Ibrahim ayat 7).
Referensi:
https://www.islampos.com/4-cara-bersyukur-pada-allah-swt-121583/
Silver Gold Casino: An ancient Egyptian gem with
ReplyDeleteIt is one of the titanium paint color largest and most valuable of all anodizing titanium the gold plating systems in ti 89 titanium calculator the world. It holds the same value for titanium jewelry piercing every penny titanium exhaust wrap that was
c150w4rqahu775 horse dildo,Wand Massagers,realistic dildo,dildos,black dildos,wolf dildo,bulk sex dolls,dildos,realistic dildo c260w3viafv641
ReplyDelete