Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

10 Perkara yang Tidak Bermanfaat

10 Perkara yang Tidak Bermanfaat
Dalam hidup manusia seringkali kita melakukan perbuatan yang sia-sia/tidak bermanfaat. Hal ini jelas-jelas sangat merugikan untuk kita karena aktivitas seorang muslim adalah sesuatu yang mahal harganya. Karena itu, dalam memilih aktivitas kehidupan, hendaknya kita pilih yang bermanfaat, bukan perkara yang sia-sia apalagi perkara yang mencelakakan.

Nah apa saja sih 10 Perkara Tidak Bermanfaat itu, Berikut ini penjelasannya

Ilmu Yang Tidak Diamalkan

Buah dari ilmu yang kita pelajari adalah amalan. Seseorang yang berilmu tidak dikatakan berilmu yang sesungguhnya sempai dia mengamalkan apa yang dimilikinya. Sangat banyak dalil yang menunjukkan perintah mengamalkan ilmu yang kita miliki. Di antaranya:
Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya
Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS al-Fatihah [1]: 6-7)
Didalam ayat ini menunjukan bahwa orang yang punya ilmu tetapi tidak beramal, sungguh dai telah menyerupai kau m Yahudi yang mendapat murka dari Allah Azza wa Jalla. sebaliknya, orang yang beramal tetapi tanpa ilmu, sunggu dia telah menyerupai kaum nasrani yang telah tersesat. Allah Azza wa Jalla tidak menghendaki semua ini, bahkan kita diperintahkan untuk selalu memohon petunjuk jalan yang lurus, jalannya orang-orang yang telah diberi nikmat dengan mewujudkan ilmu dan amal, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dari kalangan Yahudi atau jalan orang-orang Nasrani yang tersesat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya
"Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka akan Allah pahamkan dia dalam agama." (HR Bukhari: 71, Muslim: 1037)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, ketika mengomentari hadits di atas, menuturkan, "Maksud keutamaan dalam hadits ini adalah berilmu yang mengharuskan dia beramal. Jika yang dimaksud hanya sekadar berilmu saja, maka hadits ini tidak menunjukkan bahwa orang yang paham dalam agama mendapat kebaikan." (Miftah Dar as-Sa 'adah 1/65)

Baca juga : Ilmu Pengetahuan Adalah Cahaya

Amalan Yang dilakukan Tidak Ikhlas dan Tidak Mengikuti Apa Yang Diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

Syarat agar sebuah amalan berbuah manis atau dengan kata lain: diterima oleh Alah ada dua: Pertama: ikhlas, Kedua: mencontoh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam

Sangat banyak dalil yang menerangkan dua syarat ini, di antaranya Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya
Supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. (QS al-Mulk [67]: 2)
Fudhail bin Iyadh rahimahullah menafsirkan ayat di atas dengan perkataannya, "Maksud ayat ialah yang paling ikhlas dan paling sesuai dengan syari'at." Kemudian ditanyakan kepadanya, apa yang dimaksud dari paling ikhlas dan paling sesuai dengan syari'at. Beliau menjawab, "Sesungguhnya amalan apabila ikhlas tetapi tidak sesuai dengan syari'at maka tidak diterima, demikian pula apabila sesuai dengan syari'at tetapi tidak ikhlas maka tidak diterima, sampai amalan tersebut ikhlas dan sesuai dengan syari'at." (Madarij 'Ubudiyyah hlm. 26)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya
"Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak termasuk urusan kami maka tertolak." (HR Muslim: 1718)
Berkata al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah, "Hadits ini secara kontekstual menunjukkan bahwa setiap amalan yang tidak ada perintah syar'i di dalamnya, maka amalan tersebut tertolak. Sebaliknya dapat dipahami pula bahwa setiap amalan yang ada perintahnya maka amalan tersebut diterima, maksud perintah di sini adalah agama dan syari'atnya." (Jami' al-'Ulum wal Hikam 1/177) 

Maka sangat merugi dan tidak berguna sama sekali amalan yang tidak ikhlas dan tidak mencontoh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Perhatikanlah, wahai saudaraku seiman.

Harta Yang Tidak Diinfakkan di Jalan Allah Ta'ala

Harta hanyalah titipan dari Allah Azza wa Jalla yang akan diminta pertanggung jawabnya. Berdasarkan hadits yang telah berlalu: 
"Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari Kiamat hingga ditanya empat perkara: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa digunakan, hartanya dari mana didapat dan ke mana disalurkan, serta ilmunya apa yang ia perbuat." (HR Tirmidzi: 2416, Abu Ya'la dalam Musnad-nya 2/254, Thabarani dalam Mu'jam Kabir 1/48/1. Lihat ash-Shahihah no.946)
Sudahkah kita merenungi dan bertanya pada diri kita masing-masing tentang harta kita, dari mana didapat dan ke mana disalurkan?? Apakah kita mendapatkannya dari cara yang halal ataukah yang haram?? Lantas ke manakah harta kita disalurkan?

Hati Yang Kosong Dari Kecintaan Kepada Allah, Kerinduan Terhadap-Nya, dan Kenyamanan Ketika Berada di Dekat-Nya

Orang yang beriman adalah yang hatinya selalu terikat dengan Allah Azza wa Jalla. Relung hatinya selalu terikat dengan Allah Azza wa Jalla. Relung hatinya dipenuhi rasa cinta kepada-Nya. Dengan rasa cinta ini, dia akan merasakan manisnya iman dan akan selalu melaksanakan ibadah dengan baik dan selalu menjauhi larangan-Nya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya
"Ada tiga perkara yang jika terdapat pada diri seseorang maka dia akan mendapati manisnya iman: jika dia lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada selain keduanya, jika dia mencintai seseorang tidak lain karena Allah, jika dia beci kembali pada kekafiran setelah Allah menyelamatkan darinya sebagaimana dia beci untuk dilemparkan ke dalam neraka." (HR Bukhari: 16, Muslim: 43)
Baca Juga: Hati Yang Penuh Cinta Kepada Allah Azza wa Jalla

Anggota Badan Yang Tidak Dipergunakan untuk Melakukan Ketaatan Kepada Allah

Setiap amalan yang kita kerjakan di dunia ini akan ditanya oleh Allah Azza wa Jalla pertanggungjawabannya. Semua anggota badan kita akan bersaksi atas apa yang kita amalkan. Allah subhana wa ta'ala berfirman yang artinya
Pada hari (ketika), lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS an-Nur [24]: 24)
Sadarlah, wahai saudaraku, atas nikmat anggota badan yang kita miliki. Bersyukurlah atas pemberian Allah Azza wa Jalla ini tatkala sebagian manusia tidak menyadarinya, bahkan mereka menggunakan nikmat ini dalam perkara yang tidak bermanfaat dan ketakwaan. Mereka tidak menggunakan lisan mereka untuk membaca al-Qur'an, atau berbicara kebaikan!! Justru malah sebaliknya, mereka pakai untuk perkara-perkara yang haram seperti menggunjing, namimah (adu domba), dusta!! Kaki mereka pakai untuk berjalan ke tempat maksiat, mata untuk memandang yang haram, dan seterusnya. Allah Musta'an ... tentu ini adalah perkara yang sia-sia dan tidak bermanfat.

Cinta Yang Tidak Terikat Dengan Keridhaan Allah dan Tidak Terkait Dengan Pelaksanaan Perintah-Nya

Cinta yang menghalangi ibadah kepada Allah Azza wa Jalla, atau cinta buta hingga membutakan hati dan akal sehat sehingga membawanya teratuh pada keharaman Allah berupa Zina !!! atau cinta kepada sesama jenis. Semua ini adalah tercela dan tidak berguna!

Gelora cinta yang membara semacam ini bisa membawa pada murka dan laknat dari Allah Azza wa Jalla. Kecintaan semacam inilah yang mendatangkan murka Allah kepada kaum Luth. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman yang artinya
"Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)." (QS al-Hijr [15]: 72)
Waktu yang Tidak Dimanfaatkan Meraih Kebaikan dan Kedekatan Kepada Allah

Orang yang semacam ini adalah orang yang merugi, tidak berguna dan tidak meraih manfaat. Sungguh al-Qur'an dan Sunnah telah banyak berbicara tentang urgensi waktu. Allah Azza wa Jalla telah menyebutkan bahwa waktu adalah nikmat yang besar, ladang untuk menuai kabaikan. Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS al-'Ashr [103]: 1-3)
Imam Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, "Tidaklah berlalu sebuah hari bagi seorang anak Adam kecuali hari itu akan berkata padanya, 'Hai anak Adam, aku adalah harimu yang baru, dan apa yang engkau kerjakan untukku akan menjadi saksi. Apabila aku telah pergi, aku tak akan kembali lagi, kerjakanlah sesukamu dengan segera dan engkau akan menjumpainya di hadapanmu, dan akhirkanlah sesukamu maka dia tidak akan kembali kepadamu. " (Aina Nahnu min Haula' 2/16, Abdul Malik al-Qashim)

Pikiran Yang Memikirkan Hal-hal Yang Tidak Bermanfaat

Tanda bagusnya agama seseorang adalah dengan meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
"Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya." (Hadits hasan. Lihat Jami' al-'Ulum wal Hikam 1/287)
Memikirkan sesuatu yang tidak bermanfaat contohnya seperti "Siapakah yang menciptakan Allah?", "Apakah alam akhirat akan hancur dan digantikan kehidupan yang baru?" semua ini harus ditinggalkan agar hati menjadi tenang dan tenteram.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, "Pokok bagusnya ketenangan jiwa adalah dengan menyibukkan diri dalam perkara yang bermanfaat. Dan hancurnya jiwa adalah dengan tenggelam dalam perkara yang tidak bermanfaat." (Al-Fawaid hlm. 177)

Melayani Siapa Saja Yang Tidak Membuat Anda Bertambah Dekat Dengan Allah, Juga Tidak Menghasilkan Kebaikan Bagi Dunia Anda

Menyenangkan sekali jika punya teman yang bisa membantu kita dalam taqarrub (pendekatan diri) dan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla. Sehingga ketika kita melayani dan membantunya juga akan dengan senang hati. Akan tetapi, sangat merugi jika teman atau sahabat yang kita layani dan kita bantu adalah orang yang jelek, tidak bisa membantu semakin dekat kepada Allah dan juga tidak berguna untuk kebaikan dunia. Maka hendaknya teman seperti ini ditinggalkan. Buktinya, dalam memilih istri saja kita diperintah mencari istri yang baik yang dapat membantu dalam perkara dunia dan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya
"Istri yang shalihah yang membantumu dalam perkara duniamu dan agamamu adalah sebaik-baiknya simpanan yang dimiliki manusia. " (HR Baihaqi. Hadits shahih. Lihat Shahih al-Jami': 4285)
Oleh karena itu, wahai saudaraku, jauhilah teman atau siapa pun yang jelek yang tidak bermanfaat untuk kebaikan dunia dan akhirat kita.

Merasa Takut dan Menaruh Harap Kepada Orang yang Ubun-Ubunnya di Tangan Allah

Rasa takut dan harap kita hanyalah kepada Allah. Karena, Dialah yang Mahasempurna, Dialah yang berhak kita harapkan bantuan dan pertolongannya. Adapun selain Allah Azza wa Jalla semuanya adalah makhluk yang lemah, tidak bermanfaat sedikit pun. Hanyalah takut dan berharap kepada Allah Azza wa Jalla yang bisa mendatangkan manfaat. Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya
Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Rabbnya ada dua surga. (QS ar-Rahman [55]: 46)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Yaitu orang yang takut ketika menghadap Rabbnya, takut akan hukum Allah Azza wa Jalla , maka dia menahan nafsunya, hingga dia kembali menuju ketaatan kepada Rabbnya maka tempat kembalinya adalah surga." (Tafsir Ibnu Katsir 4/469)

Adapun takut kepada selain Allah Azza wa Jalla hanya mendatangkan penyesalan dan kerugian. Yaitu perasaan takut kepada selain Allah Azza wa Jalla dari bangsa patung, thaghut, setan, dan lain-lain. Perasaan takut semacam ini adalah takut yang salah; firman-Nya: 
Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. dan mereka mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah? Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorang pun pemberi petunjuk baginya. (QS az-Zumar [39]: 36)

Allahu A'lam ~

Post a Comment for "10 Perkara yang Tidak Bermanfaat"